FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
Pengkajian : Tanggal 7 Mei 2002 Jam 10 30 Wib
I.
Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMU
Alamat : Kendal Rejo RT 5
/ 2 Trenggalek
Tgl MRS : 6 mei 2002
Diagnosa : COS + Fraktur
Linier Occipitale Sinistra
Alasan dirawat : Tidak sadarkan diri setelah ditabrak sepeda motor
Keluhan utama :
Klien tidak sadar
Upaya yang telah dilakukan : Setelah kejadian
langsung mengajak klien ke RS.
Terafi / operasi yang pernah dilakukan :
sebelumnya tidak pernah operasi.
II.
Riwayat Keperawatan
2.1
Riwayat penyakit sebelumnya :
Klien tidak pernah menderita penyakit menular, penyakit keturunan, dan
menderita penyakit kronis.
2.2
Riwayat penyakit sekarang :
Klien tidak sadarkan diri setelah ditabrak sepeda motor pada tanggal 6 Mei 2002
jam 06 15 Wib , terdapat luka pada kepala bagian belakang dan Dario telinga
kiri serta kanan keluar darah, oleh keluarga klien dibawa ke RS Trenggalek,dan
dari RS Trenggalek klien dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo, klien tiba di IRD tanggal
6 Mei 2002 Jam 1600 Wib dan mrs diruang bedah F . Saat di kaji klien gelisah,
kesadaran menurun, GCS 2.2.5, dari telinga kiri masih keluar darah.
2.3
Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keturunan maupun penyakit menular.
2.4
Keadaan kesehatan linkungan :
tidak dikaji
2.5
Riwayat kesehatan lainnya :
tidak dikaji
2.6
Alat Bantu yang dipakai :
Gigi palsu :
Kaca mata :
Pendengaran :
Telinga kanan ditampon perdarahan tidak ada , telinga kiri ditampon masih ada
perdarahan , pendengaran tidak bias dikaji.
Lain _ lain : klien terpasang infuse pada kaki kiri RD 5 % 28 tetes
/ Menit, terpasang dower cateter tertampung urine 500 ml , ngt, dan terpasang
masker oksigen 6l/ menit.
III.
Obsevasi dan Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan Umum : Kl;ien gelisah , kesadaran menurun, GCS
2.2.5, badan klien tampak bersih, terpasang infuse pada kaki kiri, dower
cateter, masker oksigen, kedua kaki dan tangan difiksasi.
2.
Tanda-tanda vital : suhu 38 c, nadi 92 kali / menit, RR 26 kali
/ menit, TD 130 / 80 mmHg.
3.
Body System
3.1
Pernapasan
Hidung :
terdapat sisa darah yang sudah mongering.
Trachea :
Tidak dikaji
Dada :
Bentuk : simetris
Gerakan : gerakan simetris
Suara napas : tidak ada suara napas tambahan
Batuk : tidak ada
Sputum : tidak ada
Cyanosis : tidak ada
Frekwensi pernapasan :
26 kali / menit
3.2
Kardiovaskuler
Nyeri dada : tidak
ada
Pusing :
Kram kaki :
Sakit kepala :
Palpitasi :
Clubing finger :
Suara jantung : s 1 tunggal dan s2 tunggal
Edema : tidak
ada
Kapiler refill : 3
detik
Lainnya :
3.3
Persarafan
Kesadaran : menurun
GCS :
2.2.5
Kepala dan wajah : terdapat
luka + 3 cm di bagian kepala belakang
Keadaan luka bersih, hecthing 3, tanda infeksi tidak ada
Mata
Sklera :
putoih
Konungtiva : merah muda
Pupil : reflek pu[il
,terhadap cahaya positif isokor kanan dan kiri.
Leher : tidak ada
kelainan
Reflek fisiologis : dalam batas normal
Reflek patologis : tidak ada
Pendengaran
: tidak bias dikaji , kedua telinga ditampon dan telinga kiri masih
mengeluarkan darah
Penciuman : tidak dikaji
Pengecapan : tidak dikaji
Pengelihatan : Tidak bias dikaji
Perabaan : tidak dikaji
3.4
Perkemihan – Eliminasi Urine
Produksi urine : 500ml
dalam 8 jam
Warna urine : kuning
Gangguan saat kencing : tidak ada
Lainnya :
terpasang dowewr cateter
3.5
Pencernaan – Eliminasi alvi
Mulut :
bibir kering kl;ien terpasang sonde dengan diet TKTP 6 x 250 ml.
Tenggorokan :
tidak dikaji
Abdomen :
peristaltic normal
Rectum :
tidak dikaji
Bab :
saat dikaji belum bab
Obat pencahar :
tidak ada
Lavement :
tidak ada
3.6
Tulang – otot – integument
Kemampuan pergerakan : tidak
bisa dikaji
Parese :
tidak ada
Paralise :
tidak ada
Hemiparese :
tidak ada
Ekstremitas ats :
kedua tangan difikssi
Ekstremitas bawah :
Difiksasi dan terpasang infuse
Tulang belakang :
tidak ada kelainan
Kulit :
tidak ada kelainan
Akral :
hangat
Turgor :
baik
3.7
Sistem endokrin
Terapi hormone :
tidak ada
3.8
Psiko – Sosial
Hubungan dengan klien :
kenal
Dukungan keluarga :
aktif
Dukungan kelompok / teman / masyarakat : aktif
3.9
Spiritual
Konsep tentang kehidupan :
Allah
Sumber kekuatan / harapan disaat sakit : Allah
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 6 Mei 2002
Analisa gas darah :
Ph : 7, 46
Pco2 : 28,6
Po2 : 117,3
Hco3 : 20,3
BE : -3
O2 saturasi : 99,3 %
Darah lengkap :
Hb : 12,3 g/dl
Lekosit : 22,0
Throbosit : 125
PCV : 0,31
Foto thorak :
Cor : tidak ada kelainan
Pulmonum : tidak ada
kelainan
CT scan kepala :
tampak odem cerebri didaerah occipitale dan fraktur linier occipitale sinistra
Penatalaksanaan :
Tanggal 6 mei 2002
1.
IVFD RD 5 % : NS 2000 ml / 24 jam
2.
Manitol 4 x 100 ml
3.
Broadced 1 x 2 gram
4.
Rantin 2 x 1 ampul
5.
Voltaren 3 x 1 ampul
6.
Dilantin 3 x 1 ampul
Analisa Masalah
Data
Penunang
|
Patogenesis
|
Masalah
|
||||||
S :
O: Klien
tampak gelisah, kesadaran menurun GCS 2.2.5, dari telinga kiri keluar darah
membasahi tampon, tanda – tanda vital S: 38 c, N : 92 kal;I / menit, RR 26
kali/ menit, TD : 130 / 80 mmHg. Pada pemeriksaan ct scan didapatkan : odem
cerebri daerah bagian occipitale dan fraktur linier occipitale sinistra.
S :
O: Kesadaran
menurun , GCS 2.2.5, klien gelisah, tanda – tanda vital S 38 c,
N 92 kali /
menit, RR 26 kali / menit, TD 130 / 80 mmHg, pada CT scan didapatkan : oedem
cerebri daerah occipitale, pada pemeriksaan analisa gas darah didapatkan :Ph
7,46, Pco2 28,6,
Po2 117,3,
HCO 3 20,3,
BE -3,
O2 Saturasi
99,3 %.
S :
O: Klien
gelisah, kesadaran menurun, GCS 2.2.5, kedua kaki dan tangan difiksasi, CT
scan tampak oedem cerebri daerah occipitale.
S :
O: Kesadaran
menurun, GCS 2.2.5, klien terbaring gelisah ditempat tidur.
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Kerusakan
jaringan otak langsung, tak lansung ( bradikinin, katekolamin, histamine )
Permeabelitas
pembuluh darah menurun
Cairan
keluar ke ekstravaskuler
Oedem
cerebri
TIK
meningkat
Trauma
kepala langsung mengenai jaringan otak, tidak langsung peningkatan
katekolamin, histamine, bradikinin
![]()
Perpindahan
cairan ke ekstravaskuler
Oedem
cerebri
Gangguan
perfusi jaringan otak
Trauma
kepala
Kerusakan
jaringan otak
Oedem
cerebri
Kesadaran
menurun
Klien
gelisah
Resiko
trauma / injury
Penurunan
kesadaran
Klien
tidak mampu melakukan ADL
Intoleransi
Aktivitas dan ADL
|
Resiko
Tinggi peningkatan TIK
Gangguan
perfusi jaringan otak
Resiko
tinggi trauma
Intoleransi
aktivitas dan ADL
|
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Berdasarkan Prioritas
:
1.
Gangguan Perfusi jaringan otak
berhubungan dengan oedem cerebri
2.
Resiko tinggi peningkatan TIK
berhubungan dengan Proses desak ruang dampak dari oedem cerebri
3.
Resiko tinggi Trauma / injury
berhubungan dengan penurunan kesadaran
4.
Intoleransi aktivitas dan ADL
berhubungan dengan penurunan kesadaran
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No / Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan Dan
Hasil Yang Diharapkan
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
Nama
|
1
7 Mei 2002
2
7
Mei 2002
|
Gangguan
perfusi jaringan otak berhubungan dengan adanya oedem cerebri sekunder dari
trauma kepala. Setelah diberikan tindakan keperawatan perfusi jaringan otak
adekuat, dengan kreteria hasil :
Klien
tidak gelisah, kesadaran CM, GCS 4.5.6, tanda – tanda vital : S 36 -37 C, N
70 – 80 kali / menit, RR 16 – 20 kali / menit, TD 120 / 80 mmHg, Pemeriksaan
analisa gas darah :
Resiko
tinggi peningkatan TIK berhubungan dengan proses desak ruang sekunder dari
oedem otak.
Setelah
diberikan tindakan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial , dengan
kreteria hasil :
Gelisah
tidak ada kesadaran Cm, GCS 4.5.6, Kejang tidak ada, tanda tanda vital dalam
batas normal.
|
1.
Berikan posisi head up dengan 15 – 45 derajat.
2.
Observasi tingkat kesadaran dan deficit neurologist dengan menggunakan metode
GCS.
3.
Monitor tanda – tanda vital setiap 2jam.
4.
Observasi kejang dan lindungi klien dari cedera akibat kejang.
5.
Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
6.
Hindari rangsangan yang dapat menyebabkan valsava maneuver.
7.
Berikan oksigen masker 6 l / menit sesuai dengan progrsm terapi.
1.
Pertahankan posisi head up dengan 15 – 45 derajat.
2.
Observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam.
3.
Monitor intake dan output tiap 4 jam.
4.
Monitor adanya perdarahan melalui hidung, telinga,dan mulut.
5.
Monitor tingkat kesadaran dan deficit neurologist.
6.
Monitor adanya peningkatan suhu tubuh , kejang, dan muntah tiap 2 jam.
7.
Kolaborasi dalam pemberian manitol .
|
1.
Posisi head up meningkatkan aliran vena ke antung sehingga oedem otak
dikurangi dan perfusi otak dapat optimal.
2.
Perbaikan PCO2 dan PO2 sebagai dampak perbaikan perfusi akan dapat dilihat
melalui perubahan tingkat kesadaran.
3.
Adanya perubahan pada tanda vital
sebagai indikasi adanya perubahan TIK dan penimngkatan metabolisme tubuh.
4.
Kejang terjadi akibat irritasi otak, hipoksia otak dan kejang dapat
meningkatkan tekanan intra cranial.
5.
Perubahan posisi kepala dapat menyebabkan penekanan pada vena jugularis dan
menghambat aliran darah keotak.
6.
Dapat meningkatkan tekanan intracranial.
7.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
1.
Meningkatakan aliran balik dari otak ke jantung sehingga mengurangi oedem
otak.
2.
Mengetahui adanya perubahan dan peningkatan TIK melalui tanda vital.
3.
Mempertahankan keseimbangan intake dan output dan mencegah oedem cerebri.
4.
Mengetahui adanya perdarahan intra cranial.
5.
Mengetahui perkembangan dan adanya tanda peningkatan TIK melalui GCS dan
tanda deficit neurologist.
6.
Mengetahui adanya peningkatan TIK.
7.
Mengurangi oedem cerebri.
|
|
Comments
Post a Comment